Senin, 09 November 2015

Kesenian Keraton Yogyakarta


 
KESENIAN di Keraton Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman, dikenalkan kepada masyarakat melalui Festival Adiluhung Kulonprogo 2015.
Acara yang digelar di pinggir Laguna Pantai Glagah untuk menumbuhkembangkan kecintaan masyarakat terhadap seni dan budaya.
“Kita ingin mengenalkan budaya dan seni tradisi yang ada di Keraton dan Pakualaman,” jelas Koordinator Pokja Penguatan Kelembagaan Pelestari Warisan Budaya Dinas Kebudayaan DIY Guntur Prabawanto.
Menurutnya, kegiatan ini telah digelar di kabupaten/kota lain di DIY. Penyelenggaran di Kulonprogo menjadi yang terakhir. Melalui kegiatn ini diharapkan masyarakat memiliki greget untuk berkesenian.
“Selain mengenalkan kesenian tersebut, budaya dan kesenian lokal juga tidak ditinggalkan,” tandasnya.
Dalam festival ini tidak hanya menampilkan seni dan budaya saja. Namun juga ada sejumlah narasumber untuk diajak dalam dialog untuk memahami makna keistimewaan, budaya DIY dan dana keistimewaan.
Kesenian yang ditampilkan dari Keraton Yogyakarta yakni Beksan Srimpi Pandhelori dan Beksan Sugriwo Subali. Sedangkan dari Pura Pakualaman yakni Beksan Golek Cluntang dan Beksan Manggalatama.
Warga juga menyambut antusias pagelaran seni ini. Masyarakat tidak hanya melihat penampilan, namun juga diberi kesempatan unjuk gigi dalam pentas dan pengisi acara.
“Kegiatan ini bagus, karena warga jarang mengenal kesenian di Keraton dan Pakualaman,” jelas Kades Glagah Agus Parmono.

TARI GAMBYONG

Tari Gambyong

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Dua orang sedang melakukan gerakan tari gambyong
Tari Gambyong merupakan tari Jawa klasik yang mengambil dasar gerakan tarian rakyat dari kesenian tayub/tlèdhèk[1]. Biasanya tari gambyong dilakukan bersama-sama oleh beberapa penari.[1] Unsur estetis dari tari yang dilakukan bersama-sama terletak pada garis dan gerak yang serba besar.[2] Gerak tangan, kaki dan kepala tampak lebih indah dan ekspresif karena ditarikan bersamaan. Tarian ini semakin elok apabila penari dapat menyelaraskan gerakan dengan irama kendhang.[3] Sebab, kendhang sering pula disebut otot tarian dan pemandu gendhing.[3] Secara umum, Tari Gambyong terdiri atas tiga bagian, yaitu: awal, isi, dan akhir atau dalam istilah tari Jawa gaya Surakarta disebut dengan istilah maju beksan, beksan, dan mundur beksan.[4]

Daftar isi

Sejarah

Pada mulanya tarian ini hanyalah tarian jalanan yang juga dipentaskan oleh penari jalanan yang biasa disebut dengan sebutan Tledek (Bahasa Jawa).[5] Nama Tledek yang menarikan tarian ini adalah Gambyong, ia cukup terkenal hampir di seluruh wilayah Surakarta pada Zaman Sinuhun Paku Buwono IV ( 1788 s/d 1820).[5] Si Gambyong memiliki suara yang indah serta gerakan yang gemulai, sehingga ia mudah dikenal orang.[5] Semenjak itulah tarian yang dimainkannya dijuluki Tarian Gambyong.[5]

Gerak Tari

Yang menjadi pusat dari keseluruhan tarian ini terletak pada gerak kaki, lengan, tubuh, dan juga kepala.[5] Gerakan kepala dan juga tangan yang terkonsep adalah ciri khas utama tari Gambyong.[5] Selain itu pandangan mata selalu mengiringi atau mengikuti setiap gerak tangan dengan cara memandang arah jari-jari tangan juga merupakan hal yang sangat dominan.[5] Selain itu gerakan kaki yang begitu harmonis seirama membuat tarian gambyong indah dilihat.[5]

Penggunaan

  • Pada awalnya, tari gambyong digunakan pada upacara ritual pertanian yang bertujuan untuk kesuburan padi dan perolehan panen yang melimpah.[1] Dewi Padi (Dewi Sri) digambarkan sebagai penari-penari yang sedang menari.[1]
  • Sebelum pihak keraton Mangkunegara Surakarta menata ulang dan membakukan struktur gerakannya, tarian gambyong ini adalah milik rakyat sebagai bagian upacara.[1]
  • Kini, tari gambyong dipergunakan untuk memeriahkan acara resepsi perkawinan dan menyambut tamu-tamu kehormatan atau kenegaraan.[1]

Ciri khusus

  • Pakaian yang digunakan bernuansa warna kuning dan warna hijau sebagai simbol kemakmuran dan kesuburan.[1]
  • Sebelum tarian dimulai, selalu dibuka dengan gendhing Pangkur.[3]
  • Teknik gerak, irama iringan tari dan pola kendhangan mampu menampilkan karakter tari yang luwes, kenes, kewes, dan tregel.[3]

KUDA LUMPING

Kuda lumping (jaran kepang) adalah suatu kesenian khas pulau jawa . Sesuai namanya, tentu tarian ini menggunakan kuda tiruan dari anyaman bambu (kepang) dan mengenakan pakaian khas pasukan berkuda kerajaan.



Lain daerah lain pula cerita dan karakteristiknya. Di Yogyakarta , kuda lumping ini menceritakan tentang pasukan berkuda Pangeran Diponegoro yang melawan penjajahan Belanda. Karakteristiknya ialah anyaman kuda yang besar dengan penunggang berpakaian adat setempat dan tak jarang menggunakan kacamata.

Ada juga versi lain di daerah Jawa Tengah, kuda lumping menceritakan tentang pasukan berkuda kerajaan Mataram yang dipimpin Sultan Hamengku Buwana I. Di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur karakteristiknya hampir sama ,yaitu: Pakaian kerajaan , riasan yang mencolok seperti pasukan yang sedang berperang sunguhan , kuda dengan ukuran tanggung.

Apapun versinya, Kuda Lumping sendiri menceritakan tentang peperangan kekuatan jahat dan baik. Kekuatan jahat digambarkan seorang raksasa beringas , biasanya memakai leak sebagai tokohnya dan kekuatan baik yang digambarkan sebagai pasukan berkuda.

Menari kesenian tradisional tentu tidak asal menari. Ada beberapa babak di tarian ini (saya ambil tarian kuda lumping versi Temanggung Jawa Tengah) antara lain :


> Babak pembukaan
Babak ini menceritakan semangat pasukan berkuda. Penari akan menari sangat enerjik. Dan biasanya ditambah dengan Sungkeman (salam / sapaan) pada pemirsa , Kiprah sebagai tanda pasukan telah siap.

> Konflik
babak ini dimulai saat si "Landang" yang menggambarkan seorang pemimpin pasukan yang gagah berani menari sendiri tanpa iringan pasukanya. Biasanya diiringi nyanyian suara tenor seorang pria. Setelah tarian itu selesai, leak akan muncul dan mulai menyerang Landang ini.

> Klimaks
Pada bagian ini Landang yang sudah terpuruk akan bangkit kembali dan mengalahkan leak tersebut.

> Anti Klimaks
adalah akhir dari tarian. Pasukan menari tarian kemenangan dengan mengangkat anyaman kudanya diatas kepala lalu keluar panggung.



Tak jarang juga yang menggunakan alur flashback dengan kemunculan leak dan penari wanita , lalu Landang mengusir Leak. Baru tarian dimulai

tari kuda lumping lamuk gunung , temanggung
Karena perkembangan kreatifitas para seniman tari, kini tari-tarian Kuda lumping sudah mulai menggunakan Reog Ponorogo , Warok , Tari jaipong , Barong Bali dan mulai digabungkan dengan musik gamelan bali di beberapa bagian.

Curhatan batin

Curhatan saya         

          Kesenian saat ini sudah tergilir atau sudah tergantikan dengan tradisi barat yang sedang ngeTren, misalnya demam K-POP. Karena saya juga mengalami hal seperti itu. Saya dekat dengan hal yang berbau seni ,saya sering di panggil REOG'R oleh teman saya, karena saya sering nonton kesenian reog. Hal yang saya bingungkan, teman saya sering memBULLY saya dengan berkata "dadi cah kok reog'r , reog ki dolanane setan ..... musrik,,,,, !" , saya pun berfikir dengan anak yang sering liat konser dangdut yang selalu minum minuman keras. Padahalkan minuman keras juga perbuatan setan yang bisa melanggar hukum? Banyak yang menyebutnya OPLOSAN yang sering membuat nyawa melayang. Kembali ke kesenian reog, saya sering cueg dengan hal tesebut tetapi sering menjadi pikiran .
Tapi kalau di logika, kalau bukan kita yang melestarikan kesenian tersebut lalu siapa lagi.
 

KABUT ASAP

JAKARTA, KOMPAS.com — Puluhan titik api (hot spot) masih terdeteksi di Sumatera dan Kalimantan. Menurut data terbaru yang diperoleh dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sebanyak 77 titik api terdapat di Sumatera, sedangkan di Kalimantan terdapat 63 titik api.

"Informasi penanganan kebakaran hutan dan lahan diketahui pada pukul 09.00 dengan pantuan satelit," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho kepada Kompas.com, Jumat (6/11/2015).

Sebanyak 77 titik api di Sumatera tersebar di beberapa daerah, yaitu Jambi 2 titik api, Kepulauan Bangka Belitung 7 titik, dan Lampung dengan 8 titik api. Kemudian, di Riau dengan 8 titik api, Provinsi Sumatera Selatan 51 titik, dan Sumatera Utara 1 titik api.

Untuk Kalimantan, 63 titik api tersebar di empat wilayah, yakni Kalimantan Tengah 19 titik, Kalimantan Timur 37 titik, Kalimantan Selatan 4 titik, dan Kalimantan Barat dengan 3 titik api.

Sementara untuk jarak pandang dan cuaca di Sumatera, di Kota Medan jarak pandang mencapai 8.000 meter dengan kondisi berawan, Pekanbaru 7.000 meter dengan kondisi berawan, Jambi 2.000 meter, dan Palembang 1.200 meter dengan kondisi berasap.

Adapun untuk jarak pandang di Kalimantan, di Pontianak sejauh lebih dari 10.000 meter dengan kondisi cerah berawan, Banjarmasin 5.000 meter dengan pandangan yang kabur, dan Palangkaraya sejauh 8.000 meter dengan kondisi berawan. Selanjutnya, di Kota Samarinda jarak pandang 5.000 meter dengan kondisi berawan.

Rampak Buto


Kesenian Rampak Buto Grabag magelang

karnaval-rmpak-buto.jpgleak.jpg Rampak berasal dari kata serempak,yang dalam kamus bahasa indonesia rampak berarti gabung/bersama.Kesenian rampak buto adalah wujud exploirasi dari para pelaku seni dalam menggugah masyarakat akan kecintaanya terhadap kesenian tradisional,sebagai upaya bahwa seni tradisional takkan usang di terpa kemajuan jaman.Dimana di jaman serba modern yang panas dan keras masyarakat membutuhkan sajian tarian tradisional yang rancag,keras dan garang.Oleh sebab itu para pelaku seni di daerah grabag kab magelang tepatnya di dusun Gabahan paguyuban seni YAKSO BUDOYO berupaya untuk meningkatkan kecintaan terhadap seni tradisional dengan cara menciptakan sebuah kreasi tari buto.Sebuah tari yang terinspirasi dari cerita perang PRABU BAKA juga dari cerita-cerita babad tanah jawa.
Makhluk buto yang dalam cerita-cerita tersebut di gambarkan dengan sosok makhluk yang menyeramkan mempunyai taring dengan watak dan sifat keras dan keangkaramurkaan,di sajikan dalam bentuk tarian yang d peragakan oleh kurang lebih sepuluh sampai enambelas penari dengan topeng buto lengkap dengan aksesoris gelang yang menggambarkan makhluk buto yang di sajikan dengan tarian yang rancag dan garang tapi tidak meninggalkan keindahan nilai seni tradisionalnya.suara gemerincing gelang yang di kenakan mengikuti irama tari yg di peragakan menambah keindahan tarian tersebut yang di iringi dengan alat musik tradisional.
Tarian rampak buto ini skaligus untuk menggebrak di jaman yang smakin panas dan keras tapi indah.

ciri ciri sosiologi

Ciri ciri sosiologi

Sosiologi merupakan salah satu bidang ilmu sosial yang mempelajari masyarakat. Sosiologi sebagai ilmu telah memenuhi semua unsur ilmu pengetahuan. Menurut Harry M. Johnson, yang dikutip oleh Soerjono Soekanto, sosiologi sebagai ilmu mempunyai ciri-ciri, sebagai berikut.

  • Empiris, yaitu didasarkan pada observasi (pengamatan) dan akal sehat yang hasilnya tidak bersifat spekulasi (menduga-duga).
  • Teoritis, yaitu selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil observasi yang konkret di lapangan, dan abstraksi tersebut merupakan kerangka dari unsur-unsur yang tersusun secara logis dan bertujuan menjalankan hubungan sebab akibat sehingga menjadi teori.
  • Komulatif, yaitu disusun atas dasar teori-teori yang sudah ada, kemudian diperbaiki, diperluas sehingga memperkuat teori-teori yang lama.
  • Nonetis, yaitu pembahasan suatu masalah tidak mempersoalkan baik atau buruk masalah tersebut, tetapi lebih bertujuan untuk menjelaskan masalah tersebut secara mendalam.